REFLEKSI MATERI FASE II
KOMUNIKASI
BISNIS
SYAHDARA ANNISA MA’ARUF,S.Pd.I,M.Pd.I
MUHAMAD SYAEFUL ANWAR
(13311201)
MANAGEMENT
FACULTY
OF ECONOMICS
ISLAMIC
UNIVERSITY OF INDONESIA 2013
I.
EMPATI
Empati (dari Bahasa Yunani εμπάθεια yang berarti “ketertarikan
fisik”) didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenali, mempersepsi,
dan merasakan perasaan orang lain. Karena pikiran, kepercayaan, dan keinginan
seseorang berhubungan dengan perasaannya, seseorang yang berempati akan mampu
mengetahui pikiran dan mood orang lain. Empati sering dianggap
sebagai semacam resonansi perasaan.
Menurut KBBI, empati adalah keadaan
mental yang membuat seseorang mengidentifikasi atau merasa dirinya dalam
keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.Empati merupakan dasar hubungan interpersonal. Hal yang
juga penting diungkap dalam konteks peningkatan mutu empati seseorang adalah
berlatih menampakkan ekspresi-ekspresi atau isyarat-isyarat non-verbal yang
membuat orang lain merasa dimengerti dan diterima, karena kemampuan empati terutama
melibatkan kemampuan seseorang untuk membaca perasaan lewat pemahaman terhadap
isyarat-isyarat non verbal orang lain. Pemahaman seperti ini membuat hubungan
antar individu terjalin dengan baik.
Empati di bangun
atas 3 dasar yaitu pertama adalah kesadaran diri.kedua adalah terletak pada
kemampuan orang untuk mebaca pesan non verbal orang lain.dan dasar empati
ketiga adalah kepekaan dan kepedulian pada keadaan orang lain.
II.
BERSIKAP
ASERTIF
Orang
yang mempunyai perilaku submisif berkecenderungan menerima dan bahkan menyerah
pada semua hal yang terjadi, sekalipun yang dihadapi buruk adanya. Yang
menonjol dari perilaku ini adalah tidak mampu mengatakan "Tidak" pada kondisi dimana ia harus
menyatakan "tidak". Jelas perilaku seperti ini menimbulkan
berbagai masalah baik bagi dirinya sendiri maupun orang-orang lain yaitu: tidak dapat dijadikan partner
kerja yang baik dan
sulit untuk berkembang. Orang dengan perilaku seperti ini akan selalu
menghadapi berbagai hambatan dan selalu melakukan kesalahan-kesalahan yang
dapat menjatuhkan aktivitasnya.
Bagaimana mengenai perilaku agresif? Perilaku agresif
mempunyai pengertian yang bertolak belakang dari perilaku submisif.
Perilaku agresif cenderung untuk tidak
melihat atau tidak mempertimbangkan kepentingan orang lain. Apa pun
yang menjadi keinginannya itulah yang harus dilaksanakan. Dengan demikian,
orang yang berperilaku demikian akan menemui berbagai kesulitan pada waktu
berkeja secara tim. Kalaupun dipaksakan cenderung melakukan banyak kesalahan
yang pada akhirnya menghambat kariernya sendiri.
Dan
inilah yang dimaksud dengan perilaku
asertif. Perilaku asertif dibandingkan dengan kedua perilaku
di atas (submisif dan agresif) berada di antara keduanya, yaitu perilaku yang
dapat menyatakan "Ya"
dan "Tidak" sesuai
pada kondisi yang terjadi.
Orang
yang memiliki perilaku asertif ini cenderung dapat bekerja sama dan dapat
berkembang untuk mencapai tujuan yang lebih baik. Pada perilaku ini tingkat
sensitivitas yang dimiliki cukup tinggi sehingga ia dapat membaca situasi yang
terjadi di sekelilingnya, yang memudahkannya untuk menempatkan diri dan
melakukan aktivitasnya secara strategis, terarah, dan terkendali mantap.
Ketiga perilaku dasar tersebut selalu berdampak langsung
terhadap perkembangan diri dan berbagai aktivitas yang dijalankannya. Di sini
terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku yang dimiliki dengan tindakan
yang dilakukan. Seperti halnya orang yang berperilaku submisif cenderung tidak
memfokuskan diri pada perkembangan dirinya berdasarkan kemampuan yang dimiliki;
mereka akan mengikuti apa saja yang menjadi keinginan pimpinan, keinginan
keluarga, atau keinginan masyarakat. Apabila kita menyimak secara mendalam
penjabaran di atas, maka terlihat bahwa perilaku asertif merupakan pilihan
utama yang patut dikembangkan dalam upaya memperlihatkan citra diri
berkualitas.
Perilaku
asertif berarti adanya sikap tegas yang dikembangkan dalam berhubungan dengan
banyak orang dalam berbagai aktivitas kehidupan. Dalam artian, ia dapat
mengambil keputusan atau melakukan tindakan tertentu berdasarkan hasil
pemikiran sendiri, tanpa sikap emosional, meledak-ledak, atau berperilaku buruk
lainnya. Ia menegakkan kemandiriannya tanpa bermaksud menyakiti hati orang
lain. Ketegasan penuh kelembutan, ketegasan tanpa arogansi, itulah ciri
asertif.
Lebih
jauh lagi perilaku asertif membuat seseorang merasa bertanggung jawab dan
konsekuen untuk melaksanakan keputusannya sendiri. Dalam hal ini, ia bebas
untuk mengemukakan berbagai keinginan, pendapat, gagasan, dan perasaan secara
terbuka sambil tetap memperhatikan juga pendapat orang lain. Citra dirinya akan
terlihat sebagai sosok yang berpendirian dan tidak terjebak pada eksploitasi
yang merugikan dirinya sendiri. Dengan demikian, akan timbul rasa hormat dan
penghargaan orang lain yang berpengaruh besar terhadap pemantapan eksistensi
dirinya di tengah-tengah khalayak luas.
III.
BERSIFAT
INKLUSIF
Perbedaan dan sikap inklusif.Manusiadi ciptakan dengan segala perbedaan.perbedaan tersebut
menyebabkan manusia terperangkap dalam identitas diri mereka.Identitasmemang
penting ketika iadi maksudkan untuk menandakan individu atau kelompok satu dari
kelompok lainnya,sehingga masing-masing dapat berinteraksi dengan yang lainnya
secara sejajar(equal). Tetapi identitas menjadi kendala dan bahkan perusak
ketika sekelompok atau seseorang dengan identitas tertentu mulai menganggap
identitas lain lebih rendah.Orangyang eksklusifcenderung menutup diri dari
orang atau kelompok lain.Akibatnyakelompok lain yang tidak di libatkan atau di
berikan akses merasa terabaikan dan tidak di hargai.
IV.
Membangun
Sinergi
Sinergi adalah suatu istilah yang di
gunakan untuk menjelaskan suatu situasi saat entitas yang berbeda bekerjan sama secara menguntungkan untuk satu
hasil akhir. Sinergi bukanlah kompromi.Sinergitidak sama dengan kompromi dalam kompromi pihak-pihak yang
terlibat harus mengorbankan sebagian dari tujuan agar bisa saling bekerja
sama.Contohnyajika di gunakan dalam penerapan bisnis berarti suatu tim kerja akan memberikan hasil yang lebih
baik dari pada setiap orang bekerja untuk tujuan yang sama tetapi secara
individual.
Diawali
dengan tahap pengenalan pribadi dan sesame anggota lalu ada tahap konflik dan
perbedaan pendapat,kemudian terjadi proses saling memahami dan penyesuaian
pribadi yang di lanjutkan dengan kemampuan untuk saling mengisi dan sinergi.
V.
Intelektual
Progresif
Intelektual
adalah mereka yang terlibat dalam
ide-ide dan buku-buku.Namundari segi marxisme istilah intelektual ini adalah
mereka yang tergolong dalam kelas dosen,guru,pengacara,wartawan dan
sebagainya.Sebagaiseorang intelektual
maka sudah sepatutnya mahasiswa bersikap progresif.Progresif adalah
sikap yang tanggap,aktif dan partisipatif
dalam menyikapi setiap realitas di sekitarnya.Jadisikap yang harus di tanamkan
mahasiswa adalah kritis progresif bukan apatis karenahal ini akan mebawa
mahasiswa menjawab tantangan kedepan
menuju cita-cita bangsa,mewujudkan kemakmuran dan keadilan masyarakat.
VI.
Menjadi
Agen Perubahan
Perkembangan zaman menuju arah globalisasi membawa dampak
yang sangat signifikan terhadap pola kehidupan social masyarakat dunia di
tambah lagi dengan perkembangan teknologi dalam menunjang segala aspek
kehidupan. Fasilitas-fasilitasyang berkembang searah perkembangan
teknologi,mengajak individu untuk semakin sibuk dengan urusan pribadinya
sehingga menguraangi intensitas memikirkan kehidupan yang ada di sekelilingnya.Padadasarnya
manusia tidak dapat hidup sendrian.Sudahsemestinya manusia hidup saling tolong
menolong .
VII.
Membangun budaya Berorganisasi
Organisasi
adalah suatu kesatuan yang memungkinkan suatu kelompok orang(masyarakat)
mencapai suatu tujuan yang tidak dapat di capai individu secara
perorangan.Organisasidi cirikan oleh “perilakunya yang terarah pada tujuan”.Begitupentingnya
sebuah organisasi bahkan di beritakan bahwa keberhasilan Barrack Obama sebagai
Presiden di sebut-sebut karena organisasi kampanye Obama yang di siplin dalam
menangani isu-isu dan juga karena cara
kerja organisasinya efektif.
VIII.
BERSIKAP KRITIS DALAM BERORGANISASI
Didalam sebuah organisasi kita
harus mampu bersikap kritis karena organisasi bukan hanya perorangan tetapi
kelompok. Maka dari itu, setiap anggota harus mampu menjadi seorang yang
kritis, agar mampu menyampaikan pendapat-pendapatnya demi organisasinya juga.
DAFTAR PUSTAKA:
Nurlia,U. ( 12
juli ). Apa sih empati itu?. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2013 dari http://urriienurlia.tumblr.com/post/7553718408/apa-sih-empati-itu
Setiawan,A.( Sabtu,
17 November 2012). Empati. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2013 dari http://andiysetiawan.blogspot.com/2012/11/empati.html
The Jakarta Consulting Group,(n.d.),Memilih
Asertif bukan agresif. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2013 dari http://www.jakartaconsulting.com/art-15-30.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar